Nukilan:
Abu Islam Fathul Bari & Ummu Islam Siti Aisyah
MUQADDIMAH
Mutakhir kini, manusia tidak lagi menjaga amanah agama yang diwarisi dari para ulama. Naqalan-naqalan tidak lagi ditelti kebenarannya. Sikap suka menyandarkan perkataan tanpa penelitian sudah menjadi mainan tukang karut yang kononnya dikenali sebagai penceramah-penceramah terkemuka. Dengan sikap bersahaja mereka ini menyampaikan apa sahaja yang didengari tanpa mengkaji kedudukan atau kesahihan cerita tersebut. Bahkan hadith-hadith Nabi SAW yang terpelihara juga menjadi mangsa khianat mereka.
Walaupun hampir ke semua hadith-hadith telah diulang cetak dan dibukukan hingga wujudnya perpustakaan yang canggih dengan peralatan moden, namun sifat amanah yang menjadi simbol kebanggaan salafussoleh tiga kurun mulia terawal, sudah diabaikan. Kitab-kitab tersebut tidak lagi menjadi bahan rujukan, sebaliknya "1001 Kisah Teladan" yang menjadi rujukan utama. Dimanakah nilainya Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim dan lain-lain ? Fikirkanlah…. Nampaknya manusia kini tidak lagi memiliki ciri-ciri orang yang beriman, sebagaimana firman Allah :
Maksudnya : " Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman … (antaranya) Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya ". [Al-Mukminun : 1 & 8]
Oleh itu, nukilan ini disusun dengan harapan, agar kita lebih berhati-hati dalam meriwayatkan sesuatu perkara khususnya hadith-hadith Nabi SAW. Takutilah amaran keras Rasulullah SAW kepada sesiapa yang berbohong terhadap Baginda:
( مَن كَذَّب عَلَيَّ مُتَعَمِدًا فَليَتَبَوَّأ مَقعَدَهُ مِن النَّار )
Maksudnya:" Sesiapa yang sengaja berdusta kepadaku , maka sediakanlah tempat tinggalnya
di dalam neraka ". [HR Muslim : no.3][1].
Nukilan ini akan membahaskan perkara-perkara berikut :
- Takrif hadith maudhu'
- Faktor munculnya hadith maudhu'
- Kaedah mengenali hadith maudhu'
- Lafaz yang digunakan terhadap hadith palsu
- Hukum meriwayatkan hadith maudhu’
- Hukum beramal dengan hadith maudhu’.
- Kitab-kitab rujukan hadith maudhu’
- Kitab-kitab rujukan perawi lemah
Segala kekurangan dan kesilapan, penyusun harapkan teguran. Moga Allah memberkati usaha memurnikan sunnah Rasulnya dari kepalsuan dan pembohongan. Amin….
- TAKRIF HADITH MAUDHU'
- Dari sudut bahasa : Ia berasal daripada perkataan ( وَضَع ). Perkataan maudhu' adalah nama subjek dan mempunyai beberapa pengertian, antaranya menggaris, mereka, menganggur dan melekat.[2]
- Dari sudut istilah : Hadith maudhu' adalah hadith yang direka atau diada-adakan.[3]
Sebenarnya ia bukanlah hadith tetapi dinamakan demikian sebagai sandaran terhadap penciptanya yang mengatakan ia adalah hadith.
Hadith maudhu' adalah seburuk-buruk hadith dhoif. Tidak harus meriwayatkannya kecuali dengan disertakan penjelasan mengenai pendustaan dan pembohongannya. Sesiapa yang mengatakan yang ia adalah hadith sedangkan ia mengetahui yang itu adalah semata-mata pembohongan terhadap Rasulullah SAW, ternyata ia telah bersekongkol dengan pembohongan terhadap Rasulullah SAW. Pihak yang terlibat telah diberi amaran keras oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya :
( مَن كَذَّب عَلَيَّ مُتَعَمِدًا فَليَتَبَوَّأ مَقعَدَهُ مِن النَّار )
Maksudnya:" Sesiapa yang sengaja berdusta kepadaku , maka sediakanlah tempat tinggalnya
di dalam neraka ". [HR Muslim : no.3][4].
Ibn Al-Solah (w.643H) berkata : "Sesungguhnya hadith maudhu' adalah seburuk-buruk hadith-hadith dhoif , dan tidak halal diriwayatkan bagi seseorang yang mengetahui keadaannya dalam apa bentuk sekalipun kecuali dengan disertakan penjelasan dan keterangan mengenai kepalsuannya ".[5]
[1] Shahih Muslim, (1/10), oleh Muslim bin Hajaj, Abu al-Husain al-Qushairi (w.261H), Percetakan Dar Ihya' at-Turath al-'Arabi -Beirut-, Pentahqiq : Muhammad Fuad Abdul Baqi.
[2] Al-Qamus Al-Muhith, oleh Fairuz Abadi (w.817H), ms.712, Percetakan Kedua, Dar Ihya' at-Turath al-'Arabi -Beirut-, 2003M, Penyusun : Muhammad Abdurrahman Al-Mar'ashili.
[3] Tadrib Al-Rawi Fi Syarhi Taqrib An-Nawawi, oleh Jalaluddin As-Suyuthi (w.911H), ms.239, Percetakan Darul Hadith-Kaherah-, 2002M, Pentahqiq : Muhammad Aiman bin Abdillah Al-Syoubrawi.
[4] Shahih Muslim, (1/10), oleh Muslim bin Hajaj, Abu al-Husain al-Qushairi (w.261H).
[5] Ulum Al-Hadith, oleh Abu 'Amru 'Uthman bin 'Abdurrahman Al-Syaharzuri yang lebih dikenali dengan Ibn Solah (w.643H), ms.98-99, Percetakan Darul Fikr-Dimashq-, 1986M, Pentahqiq : Nuruddin 'Itr.
No comments:
Post a Comment